- Home>
- hal menarik di korea >
- Incheon-Masjid megah di Korea selatan
Posted by : Unknown
Jumat, 27 Februari 2015
Bangunan lima lantai itu berdiri megah di salah satu sudut Kota
Ansan, tepatnya di Gyeonggi-do, Ansan-si, Danwon-gu, Wongok-do 714-5. Di
ujung atas bangunan itu terdapat sebuah kubah berukuran tidak lebih
dari 10 meter. Kubah berwarna emas dan sebuah lafaz Allahu Akbar, yang terdapat di bagian atas gedung itu, menjadi tanda gedung ini merupakan tempat ibadah untuk para muslim.
''Ansan Masjid & Islamic Center'' yang tertera di bagian depan
gedung itu menjadi penanda tambahan fungsi bangunan tersebut. Secara
khusus, pengurus masjid, terutama yang khusus dari Indonesia, menamakan
masjid mereka ''Sirothol Mustaqim''. Di tempat inilah dakwah, syiar, dan
lokasi tempat para penganut Islam berpusat. Tapi ternyata fungsinya
lebih dari sekadar tempat ibadah.
Di tempat ini pula, sejumlah tenaga kerja Indonesia yang tengah
mengganggur ditampung untuk bisa sekadar melanjutkan hidup di tanah
orang. Kondisi inilah yang tengah menimpa dua Tenaga Kerja Indonesia
(TKI) asal Brebes, Idris dan Zulhar. Sejak kontraknya selama satu tahun
di sebuah pabrik spare part kendaraan bermotor selesai pada akhir bulan lalu, Idris dan Zulhar memilih untuk tinggal sementara di Masjid Ansan.
Kini mereka tengah menunggu panggilan dari Dinas Tenaga Kerja
setempat terkait perusahaan-perusahaan di Korea Selatan yang tengah
membutuhkan tenaga kerja baru. Kepala pengurus mesjid Shirothol
Mustaqim, Dwi Cahyono (33 tahun), menjelaskan lantai empat gedung
tersebut memang sengaja disiapkan khusus untuk para pendatang asal
Indonesia.
Selain untuk tempat shalat, di lantai seluas sekitar 10 meter
persegi itu juga terdapat sebuah kamar yang ditempati pengurus mesjid
dan TKI yang tingggal sementara. ''Setidaknya kami bisa sedikit
memberikan bantuan kepada teman-teman yang sedang menganggur hingga
mereka bisa mendapatkan pekerjaan,'' kata Dwi kepada Republika Online ketika menyempatkan diri berkunjung ke Ansan di sela-sela gelaran Asian Games ke-17 Incheon, Korea Selatan.
Namun, kondisi ini tidak dengan mudah bisa didapatkan pengurus
mesjid Shirothol Mustaqim. Dwi menjelaskan, pada awal proses pengalihan
status bangunan tersebut, pihak Indonesia bekerja sama dengan para
pendatang Bangladesh, yang sudah lebih dulu menyewa tempat tersebut dan
menjadikan lokasi itu sebagai masjid.
Pada awalnya, pihak Bangladesh tidak memperbolehkan lokasi tersebut
sebagai tempat menginap. Namun, setelah berjalan negosiasi yang cukup
panjang, pihak Bangladesh akhirnya mau menerima kondisi tersebut. Ini
tidak terlepas dari sumbangan pendanaan yang lebih besar, ketimbang dari
pendatang Bangladesh, untuk bisa membeli gedung itu secara permanen.
''Setidaknya kami memberikan dana sebesar 400 juta won dari 600
juta won yang dibutuhkan. Akhirnya kami bisa menempati lokasi dan ikut
memakmurkan mesjid ini,'' lanjut pria asal Ponorogo, Jawa Timur
tersebut, yang juga bekerja sebagai buruh di salah satu pabrik penyedia
alat-alat pemadam kebakaran tersebut.
Sebelumnya, pihak pengurus masjid Shirothol Mustaqim harus menyewa
bangunan yang berada sekitar dua km dari lokasinya sekarang. Lokasi itu
dianggap terlalu jauh dari pusat Kota Ansan, yang memang dikenal sebagai
kota dengan jumlah orang asing, khususnya Indonesia, yang berada di
Korea Selatan. Kini, Masjid Ansan dan Islamic Center, ungkap Dwi,
menjadi masjid terbesar di Kota Ansan dan diklaim sebagai mesjid
terbesar ketiga di seluruh Korea Selatan.
Tidak hanya memberikan tempat untuk bermalam, pengurus Masjid
Shirathal Mustaqim dan Islamic Center juga memberikan makanan kepada
para TKI yang tengah mengganggur. Sumber dana pembelian makanan tersebut
didapat dari sumbangan para TKI yang bekerja di sekitar Ansan. Selain
itu, ada pula pendaan yang berasal dari Koperasi. Koperasi itu
menyediakan berbagai peralatan sholat, yang memang tidak bisa didapat
dengan mudah di Ansan.
Makanan-makanan, seperti mie instan asal Indonesia dan makanan khas
Indonesia seperti telur balado ataupun tumis pare bisa didapat dengan
mudah. Jadwal memasak pun sudah diatur diantara mereka. Jika sudah
waktunya makan, mereka secara bersama-sama makan di atas sebuah nampan
besar. ''Seperti di pondok-pondok (pondok pesantren) di Indonesia,''
kata pria asal Lombok, yang dipanggi Mas Dar.
Kebersamaan, solidaritas, dan bantuan yang ditunjukan para pengurus
masjid Shirothol Mustaqim tentu memiliki nilai dan makna ibadah
tersendiri. Di tempat ini, di salah satu sudut kota Ansan, pahala
rasanya tidak hanya diraih lewat sholat dan ibadah ritual lainnya, tapi
juga memberikan bantuan kepada sesama saudara muslim terutama asal
Indonesia.